Skip to content
Home » Dari Perbendaharaan Lama pdf

Dari Perbendaharaan Lama pdf

book-icon-openmaktabaBook Title: Dari Perbendaharaan Lama
number-of-pages-icon-openmaktabaTotal Pages: 180
book-size-in-mbs-openmaktabaPDF Size: 22.92 Mb(s)
number-of-page-views-icon-openmaktabaBook Views:

Loading

used-language-icon-openmaktabaLanguage: Malay
reading-the book-icon-openmaktabaRead Online: Click to Read the Book Online
downloading-the book-icon-openmaktabaBook Download: PDF Direct Download Link
  HAMKA (1963; 1996) Dari Perbendaharaan Lama.pdf

To read more about the Dari Perbendaharaan Lama Pdf bookClick the download button below to get it for free

Report broken link

Excerpts from the Book – Text format

ISLAM Dl MADURA (11) Setelah Ki Gede Pamanahan merebut kuasa dari Pajang dan memindahkan sekalian lambang kebesaran Majapahit ke Mataram, kian terasalah perbedaan “Islam Pesisir” dengan “Islam Pedalaman”. Dalam gelar yang dipakai Oleh Suto- wijaya putera Ki Gede Pamanahan yang menggantikan beliau (1575) telah nyata, bahwa kebudayaan Hindu pusaka lama hendak digabungkan dengan kebudayaan Islam mistik, untuk menjadi dasar keagungan raja. Sutowijaya bergelar “Senopati ing Alogo” (Kepala Balatentara) ditambah dengan “Sayyidin Panatagama ” (Yang dipertuan pengatur agama). Kemudian setelah Senopati mangkat (1601), digantikan Oleh puteranya Mas Jolang (mangkat 1613), dan dia diganti- kan pula Oleh puteranya Mas Ransang. Mas Ransang adalah tokoh yang membentuk Filsafat Negara yang sejati, puncak kemegahan Mataram. Dia me- makai gelar-gelar yang lebih menunjukkan keahliannya menggabungkan pusaka lama (Hindu) dengan faham batu (Islam), laksana Kananegara dahulu menggabung pula di antara agama Shiwa dengan Budha dicari kira-kira mana yang sama, lalu dibangun campuran baru yang tidak Hindu lagi, dan nyata tidak pula Islam. Gelar “Senopati” pusaka neneknya tetap dipakai. “Seno- pati ing Alogo ditambah dengan Ngabdurrahman. Ditambah lagi gelar lain, yaitu “Prabu Pandito Cokrokusumo”, disebut juga “Hanyokrokusumo”, dan pernah dikirimnya pula utusan ke Mekkah, agar Syarif Mekkah memberinya gelar Sultan! Maka masyhurlah baginda dengan gelar Sultan Agung! Dikarangnya sendiri filsafat pandangan hidupnya berupa nyanyian, yang terkenal dengan sebutan “sastra Gending”. Beliau menyuruh susun silsilah keturunannya daripada Nabi Adam dan Nabi Syis, tetapi juga keturunan sang Hyang Nur Cahaya, sang Hyang Nur Rasa, dan sang Hyang Nur Wening. Termasuk juga keturunan Batara Guru, sang Hyang ‘Tunggal, Brahmana, dan Arjuna; tetapi masih ada hubungan dengan Hayam Wunlk dan Brawijaya. Sebab itu dia pun keturunan Raden Patah dan Ariya Damar. Niscaya ulama-ulama penyiar Islam, termasuk dua orang di antara 9 wali yang terkenal, atau keturunan yang menyam- but mereka, yang hidup di Pesisir memandang bahwa ‘Tilsa- ‘fat” yang ditimbulkan sultan ini sangat membahayakan bagi perkembangan Islam. Mereka mengakui bahwa ini adalah 19

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *