Skip to content
Home » dariperbendaharaanlama__hamka pdf

dariperbendaharaanlama__hamka pdf

dariperbendaharaanlama__hamka.pdf
book-icon-openmaktabaBook Title: dariperbendaharaanlama__hamka
number-of-pages-icon-openmaktabaTotal Pages: 138
book-size-in-mbs-openmaktabaPDF Size: 0.41 Mb(s)
number-of-page-views-icon-openmaktabaBook Views:

Loading

used-language-icon-openmaktabaLanguage: Malay
reading-the book-icon-openmaktabaRead Online: Click to Read the Book Online
downloading-the book-icon-openmaktabaBook Download: PDF Direct Download Link
  dariperbendaharaanlama__hamka.pdf

To read more about the Dariperbendaharaanlama__hamka Pdf bookClick the download button below to get it for free

Report broken link

Excerpts from the Book – Text format

Koleksi KANG Ahli-ahli negara dan Alim Ulama memberi advis kepada sultan, bahwasanya berperang sesama Islam, dari dua kerajaan harapan, tidaklah selayaknya. Maksud buat membendung kuasa Bantam itu dapat juga dilaksanakan tanpa perang. Maka putuslah mufakat mengirimkan suatu perutusan ke Lampung, menyambut dan mengelu-elukan kedatangan Raja Bantam yang gagah perkasa itu, dan mempersilakan baginda berorak-sila buat datang ziarah ke Indrapura. Ziarah ke Indrapura sama artinya dengan datang ke Aceh sendiri. Perutusan yang datang dengan sikap perdamaian itu tidaklah dapat dielakkan Oleh Hasanuddin. Baginda pun datanglah ke Indrapura, disambut dengan serba kebesaran. Setelah menjadi tetamu beberapa hari lamanya, Sultan Indrapura menawarkan kepada baginda sudi kiranya menyambut nasib puterinya (jadi menantunya). Karena menurut silsilah sejarah kenasya’an di antara Sultan Aceh dan Sultan Bantam, adalah pertemuan jodoh (kufu), sebab sama-sama mengalir dalam dirinya keturunan ahli-ahli Agama Islam dari Pasai. Permintaan itu tidaklah dapat ditolak Oleh Hasanuddin, perkawinan politik senantiasa terjadi di antara raja-raja. Suatu perayaan perkawinan yang besar terjadilah di Indrapura. Dan seketika Hasanuddin hendak pulang ke Bantam, sambil senyum Sultan Indrapura, yang telah mendapat persetujuan dari Aceh, berkata kepada menantunya. “Jika ananda sudah berniat hendak pulang ke Bantam dan hendak membawa istri ananda, betapalah ayahanda hendak menghalanginya. Ajarlah istrimu agama yang benar, dan layaklah hendaknya dia duduk menjadi istri dari raja yang besar.” Dengan susunan kata mertuanya yang demikian rupa, mengertilah Sultan Bantam apa maksud yang terkandung di dalamnya. Dan sebelum baginda dapat menjawab, Sultan Indrapura meneruskan percakapannya pula: “Sekarang ananda telah menjadi keluarga kami. Dengan sebab itu berpadulah kekuatan Islam di Sumatera dan di Jawa, sehingga kita dapat melanjutkan kewajiban suci kita, yaitu menegakkan Agama Rasul di seluruh alam negeri kita ini. ” Dalam perjalanan pulang kembali, keraplah Hasanuddin tersenyum menertawakan dirinya sendiri, karena bingung memikirkan siapakah di antara mereka yang menang! Tidaklah kecewa pengharapan kedua sultan itu. Sebab sekarang masih dapat kita lihat bekasnya, bahwasanya penduduk Bantam, Minangkabau dan Aceh, adalah ummat Indonesia yang sangat teguh dan Cinta kepada Islam … agamanya. 11. PENGARUH KADHI SET ELAH Raja Hasanuddin wafat di tahun 1570, maka gelar baginda setelah wafat ialah Almarhum Sabakingking. Sabakingking artinya ialah tanah dukacita. Baginda digantikan Oleh Puteranya Maulana Yusuf. Kebesaran Yusuf tidak kurang daripada kebesaran ayahnya. Sangatlah maju negeri Bantam dalam masa pemerintahan beliau. Pertahanan, pengairan dan pelayaran sangat dimajukan. Guru- guru Agama Islam didatangkan dari luar negeri, untuk mengajar rakyat akan hakikat Iman dan kepercayaan. Tetapi hati beliau belum senang, selama Kerajaan Hindu Budha di Pakuan belum dapat ditaklukkan. Maka setelah 9 tahun baginda memerintah diaturnyalah sebuah pasukan besar di bawah pimpinan baginda sendiri buat menaklukkan Pakuan. Kerajaan Hindu Budha yang terakhir di Jawa Barat itupun tidaklah mau menyerah kalah demikian saja. Prabu Sedah, Raja Pajajaran yang akhir, dengan gagah perkasa mempertahankan kekuasaan dan kerajaannya. Maka terjadilah pertempuran yang dahsyat antara dua raja. Maulana Yusuf dengan kepercayaan Tauhidnya, dan Prabu Sedah dengan ke-Hindu Budha-annya. Kedua belah pihak sama-sama tidak takut mati. Prabu Sedah mengharapkan mencapai “Nirvana”, dan Maulana Yusuf mengharapkan mencapai “Jannah”. Maka akan berlakulah kehendak Ilahi, candi dan biara tidak akan ada di Jawa Barat lagi, tetapi menara mesjid akan menjulang langit dan azan akan lantang suaranya, Kerajaan Bantam akan terus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *