Dengan shalat jiwa yang telah diperkuat dengan iman tadi, selalu tidak dilepaskan dari dekat Tuhan. Bertambah khusyu’ shalat bertambah merasa dekat kepada Al- lah, bertambah penuh pulalah jiwa Oleh pancaran sinar Allah. Shalat dimulai dengan Allahu Akbar! Dalam suasana ucapan demikian diripun terlepas daripada segala masalah kecil-kecil, tetek-bengek. Dengan Allahu Akbar jiwa tetap menuju kekuatannya.
Sebelum ada peraturan shalat lima waktu, di dalam tarikh (sejarah) dan Asbabun Nuzul (sebab turunnya ayat) ada disebutkan bahwa syariat shalat yang pertama ialah shalatul-lail atau tahajjud. Kepada Muhammad Saw ditegaskan bahwa bangun shalat tengah malam amat diperlukan, supaya jiwa beliau kuat.
kata yang berat” (Ayat 5 Surat A1 Muzammil) Dan kemudian setelah diturunkan syariat shalat yang lima waktu, kepada Rasul Saw, masih dianjurkan (nafilah) agar dilengkapi dengan mendirikan shalat tahajjud (shalat yang bangun tengah malam) tadi, sebab; etMudah-mudahan Tuhan engkau akan menaikkan engkau kepada maqam yang terpuji” (Ayat 79 Surat A1 Isra’) Tegaslah bahwa perintah shalat adalah untuk membuat jiwa menjadi lebih kuat, sanggup memikul beban berat dan mengangkat martabat yang lebih tinggi.
Sebab itu kepercayaan (iman) kepada Altah tidak hanya cukup sebagai isi otak, apatah lagi menjadi buah mulut. Melainkan dirasakan dan dijadikan pandangan hidup. Sehingga seluruh gerak-gerik dan tingkah-laku tidak terlepas daripada tilikan Allah. Dikatakan bahwa shalat itu adalah tiang agama. Sebab dengan shalat itu kita menentukan waktu yang khusus, yang disengaja buat menghadapkan perhatian kepada Tuhan.
Apabila mengaku beragama, mengaku percaya kepada Tuhan, padahal tidak mengerjakan shalat, niscaya keadaan iman akan “terbang-terbang hinggap, sebentar hinggap dan sebentar terbang lagi”. Dari waktu kewaktu, dari subuh ke dhuhur, dhuhur ke ashar, ashar ke maghrib, maghrib ke isya’ , tidak ada waktu yang senggang. “o/ L. •am/ca 17