Skip to content
Home » Hamka TafsirAlAzharJuz30 pdf

Hamka TafsirAlAzharJuz30 pdf

Hamka-TafsirAlAzharJuz30.pdf
book-icon-openmaktabaBook Title: Hamka TafsirAlAzharJuz30
number-of-pages-icon-openmaktabaTotal Pages: 188
book-size-in-mbs-openmaktabaPDF Size: 3.03 Mb(s)
number-of-page-views-icon-openmaktabaBook Views:

Loading

used-language-icon-openmaktabaLanguage: Malay
reading-the book-icon-openmaktabaRead Online: Click to Read the Book Online
downloading-the book-icon-openmaktabaBook Download: PDF Direct Download Link
  Hamka-TafsirAlAzharJuz30.pdf

To read more about the Hamka Tafsiralazharjuz30 Pdf bookClick the download button below to get it for free

Report broken link

Excerpts from the Book – Text format

“Dan apabila diri-diri manusia telah dipasangkan. (ayat 7). Di dalam ayat ini tertulis nwfus, kata jama’ dari nafs. Dan nafs itu berarti juga diri manusia. Yang dikatakan diri manusia itu ialah gabungan di antara rohnya dengan jasmaninya. Bila dia mati, hilanglah nafsnya itu, sebab di antara roh dengan jasmani telah [R-rpisah. Kelak kalau kiamat telah datang akan berbunyi serunai sangkakala itu dua kali. Kali yang pertama mematikan sisa yang masih hidup. Dan kali yang kedua membangkitkan segala yang mati untuk dihidupkan kembali dalam alam yang lain, yaitu alam akhirat. Maka dibayangkanlah dalam ayat ini bahwa diri-diri manusia itu, atau nufus itu akan dipasangkan kembali; Jasmani dipasangkan kembali dengan Rohani, untuk menghadapi hidup yang baru. Yang kita pilih di sini ialah tafsir dari Ikrimah. “Dan apabila anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup telah diperiksa.” (ayat 8). Sebagaimana telah kita maklumi, dan telah banyak bertemu ayatnya di dalam al Quran dan telah pula kita uraikan dalam tafsir di juzu’-juzu’ yang telah lalu, di zaman jahiliyah orang suka menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, karena berasa malu beroleh anak perempuan, (lihat Juzu’ 14, Surat 16, an-Nahl (lebah), ayat 58-59). Maka di hari kiamat itu kelak, mereka akan diperiksa; “Lantaran dosa apa makanya dia dibunuh.” (ayat 9). Mereka akan ditanyai gerangan apa sebabnya maka ayah mereka sampai hati menguburkan mereka kebalik bumi dalam keadaan hidup. Tentu saja mereka sebagai saksi belaka dari kesalahan perbuatan ayahnya. Menurut penafsiran asy-Syihab, makanya pertanyaan dihadapkan kepada yang teraniaya, yaitu anak perempuan yang dikuburkan hidup-hidup itu sendiri, di hadapan orang yang menganiaya dan menguburkannya itu ialah supaya lebih terasa berat dan dosa yang telah dipr-rbuatnya. Akan terasa sendirilah kepadanya bahwa bukanlah anak yang ditanya itu yang akan dapat menjawab pertanyaan itu karena bukan dia yang bersalah, melainkan dirinya sebagai pembunuhlah yang mesti dihukum berat. Menurut asy-Syihab cara yang seperti ini namanya ialah istidraj, yaitu membawa bicara kepada suatu suasana yang si bersalah merasakan sendiri kesalahannya, dengan mengaturkan pertanyaan terlebih dahulu kepada yang tidak bersalah. Menurut as-Sayuthi; “Ayat-ayat ini menggambarkan betapa nian berat dosanya menguburkan anak perempuan hidup-hidup itu.” Ad-Darimi meriwayatkan di dalam Masnadnya bahwa pada suatu hari seorang laki- laki datang menghadap Rasulullah s.a.w. menceriterakan dahsyat perbuatannya di zaman Jahiliyah. Katanya; “Ya Rasul Allah! Di zaman jahiiyah kami ini penyembah berhala dan tega hati membunuh anak kami. Aku sendiri mempunyai seorang anak perempuan. Setelah dia mulai gadis kecil, dia gembira dan lucu, suka sekali bila kupanggil. Suatu hari dia kupanggil, dia pun datang. Aku bawa, dia pun menurut. Lalu aku hawa kepada sebuah sumur tua kepunyaan kaum kami yang tidak begitu jauh dari kediaman kami. Lalu aku bawa dia ke pinggir sumur itu akan melihat ke dalamnya. Setelah kepalanya terjulur ke dalam, terus aku angkat kedua kakinya dan aku lemparkan dia ke dalam. Ketika dia akan aku tinggalkan masih kedengaran dia memanggil-manggil; ” Ayah, Ayah!” collected at : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *