Skip to content
Home » HAMKA (1996) Kedudukan Perempuan dalam Islam pdf

HAMKA (1996) Kedudukan Perempuan dalam Islam pdf

book-icon-openmaktabaBook Title: HAMKA (1996) Kedudukan Perempuan dalam Islam
number-of-pages-icon-openmaktabaTotal Pages: 116
book-size-in-mbs-openmaktabaPDF Size: 11.9 Mb(s)
number-of-page-views-icon-openmaktabaBook Views:

Loading

used-language-icon-openmaktabaLanguage: Malay
reading-the book-icon-openmaktabaRead Online: Click to Read the Book Online
downloading-the book-icon-openmaktabaBook Download: PDF Direct Download Link
  HAMKA (1996) Kedudukan Perempuan dalam Islam.pdf

To read more about the Hamka 1996 Kedudukan Perempuan Dalam Islam Pdf bookClick the download button below to get it for free

Report broken link

Excerpts from the Book – Text format

selama sebelas bulan dari pangkal Syawal sampai ke ujung Sya’ban. Oleh karena tanggungjawabnya di dalam memelihara rumah- tangga perempuan tidak diwajibkan pergi salat Jumat sebagai orang laki-laki. Bahkan berjamaah ke mesjid tiap waktu pun tidak diwajibkan “Baituhunna khairun lahunna ” ( Rumah mereka lebih baik buat mereka). Tetapi di dalam hadis itu juga diterangkan, bahwa kalau mereka ingin juga turut salat Jumat dan berjamaah janganlah dihalangi. “La tamna’uu nisa-akum ‘an masa-jidikum” (Jangan kamu larang perempuan kamu pergi ke mesjid kamu). Cuma di waktu Hari Raya, baik Idul Fitri atau Idul Adha, mereka dianjurkan, pergilah bersembahyang beramai-ramai ke tempat melakukan sembahyang Hari Raya itu, yang biasanya dilakukan di tanah lapang. Dan kalau mereka sedang di dalam haid, pergi jugalah, dan berdirilah di pinggir syaf seketika perempuan lain sedang bersembahyang, dan duduklah bersama seketika mendengar khatib membacakan khutbah. Ini adalah Hari Raya; biar semua kita menikmatinya. Pada dua hadis yang kita salinkan di atas tadi, tentang utusan Kaum Wanita menghadap Nabi dijelaskan, bahwasanya jika taat setia kepada suami, menjaga rumah tangga dengan penuh tanggung jawab, pahalanya adalah seimbang dengan pahala suaminya yang pergi ke medan perang. Kita banyak yang mengalami, bahwasanya sukses kita, keluar rumah menempuh perjuangan hidup sangat bergantung kepada kesetiaan istri menjaga benteng rumah-tangga. Di dalam buku Roman dalam bahasa Minangkabau yang saya beri nama “Si ” kapal Sabariyah” (1928), saya misalkan rumah tangga itu: ” berlayar di lautan, ombak bersabung di buritan tali-temali berentangan, layar terkipas kiri-kanan, yang seorang tegak di kemudi, seorang tegak di halauan, jika keduanya sama pandai, selamat sampai ke tujuan, jika keduanya tidak bijak atau salah seorang tak bestari, karam di tepi kapal itu, tidaklah sampai ke tujuan . 17

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *