Skip to content
Home » HAMKA (2001; 1990) Tafsir Al-Azhar Jilid 6, Cet 4 pdf

HAMKA (2001; 1990) Tafsir Al-Azhar Jilid 6, Cet 4 pdf

book-icon-openmaktabaBook Title: HAMKA (2001; 1990) Tafsir Al-Azhar Jilid 6, Cet 4
number-of-pages-icon-openmaktabaTotal Pages: 880
book-size-in-mbs-openmaktabaPDF Size: 27.33 Mb(s)
number-of-page-views-icon-openmaktabaBook Views:

Loading

used-language-icon-openmaktabaLanguage: Malay
reading-the book-icon-openmaktabaRead Online: Click to Read the Book Online
downloading-the book-icon-openmaktabaBook Download: PDF Direct Download Link
  HAMKA (2001; 1990) Tafsir Al-Azhar Jilid 6, Cet 4.pdf

To read more about the Hamka 2001 1990 Tafsir Al Azhar Jilid 6 Cet 4 Pdf bookClick the download button below to get it for free

Report broken link

Excerpts from the Book – Text format

Surat A1-Isra (Ayat 1) 400 (tempat) bagi badannya sampai hari berbangkit kelak, yaitu kebangkitan buat kembali bertemu Roh dengan badan; itu sebab maka dia kelihatan sembah- yang di kubumya dan kelihatan pula di langit keenam, sebagaimana Nabi Muhammad s.a.w. itu sendiri mencapai tempat yang tertinggi di Ar-Rafiqil-A’la, dan menetap (mustaqarr) di sana, sedang badannya tebaring di dalam kubu nya dan tidak pemah hilang dan setiap Muslim mengucapkan salam kepada beliau segera rohnya menyambut salam itu padahal dia tidak meninggalkan Ar-Rafiqul-A a itu. Untuk perumpamaan yang dekat, dapatlah kita umpama- kan dengan Matahari pada tempatnya yang teramat tinggi itu bagaimanapun tingginya namun hubungannya dengan bumi selalu ada, bahkan dialah sumber hidup tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang dalam bumi, dan panas Matahari itu berpengaruh atas tubuh betapa pun jauh tubuh itu daripadanya. Misal yang dekat pula ialah api! Dia berada pada tempatnya, namun bekas dari panasnya mempengaruhi kepada tubuh yang jauh daripadanya. Maka hubungan dan kaitan yang ada di antara Roh dengan Badan adalah lebih kuat dan lebih sempuma dari itu. Roh jauh lebih tinggi dan lebih halus.” Sekian kita salin perkataan Ibnul Qayyim. Allamah as-Sa diy pada kitabnya “Hawasyi Baidhawi” menulis: “Dan Mi’raj itu adalah dengan rohnya di waktu beliau sadar bukan sedang tidur). Dan yang demikian itu, sebagai yang diisyaratkan Oleh Ibnul Qayyim adalah juga suatu Mu jizat. ” Ulama-ulama Islam zaman moden pun turut menyatakan pendapat dalam hal Isra dan Mi raj ini. Allamah Muhammad Farid Wajdi berpendapat bahwa ada kemungkinan Isra’ ialah dengan tubuh, tetapi Mi raj ke langit adalah dengan Roh saja. Dr. Husain Haikal menyatakan pendapat bahwa Isra’ dan Mi raj itu adalah satu pengalaman jiwa yang satu waktu bersatu dengan alam semesta dia bukan mimpi. Tetapi Sayid Rasyid Ridha tetap pada pendapat bahwa Isra’ dan Mi’raj adalah dengan badan dan roh. Sayid Quthub di dalam Ta simya “Di Bawah Lindungan A1-Quran” me- nyatakan lagi pendapatnya sebagai suatu kupasan mazhab Salaf dengan cara yang moden. Dia berkata: “Yang jelas ialah bahwa sekalian riwayat mengenai Isra’ dan Mi’raj itu dapat disimpulkan bahwa Rasulullah s.a.w. meninggalkan pembaringannya di rumah Ummi Hani’ binti Abdul Muthalib dan pergi ke mesjid. Tatkala dia sampai ke batu hitam di Sisi Baitullah itu, di antara tidur dan bangun dia pun di- isra’ dan dimi rajkan. Kemudian dia pun kembali ke pembaringannya sebelum pembaringan itu dingin.’ Kita berpendapat bahwa hal ini tidaklah tempatnya buat dipertengkarkan sampai berpanjang-panjang, yang diributkan orang sejak dahulu, bahkan sampai kini, tentang tabiat keadaan yang terjadi dan tegas pada diri Rasulullah s.a.w. dalam hidupnya berapa jauh jarak di antara Isra’ dengan Mi raj, dengan rohnyakah dia pergi atau dengan tubuhnya, sedang tidurkah atau sedang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *