Skip to content
Home » hamka dari perbendaharaan lama pdf

hamka dari perbendaharaan lama pdf

hamka dari perbendaharaan lama.pdf
book-icon-openmaktabaBook Title: hamka dari perbendaharaan lama
number-of-pages-icon-openmaktabaTotal Pages: 305
book-size-in-mbs-openmaktabaPDF Size: 5.38 Mb(s)
number-of-page-views-icon-openmaktabaBook Views:

Loading

used-language-icon-openmaktabaLanguage: Malay
reading-the book-icon-openmaktabaRead Online: Click to Read the Book Online
downloading-the book-icon-openmaktabaBook Download: PDF Direct Download Link
  hamka dari perbendaharaan lama.pdf

To read more about the Hamka Dari Perbendaharaan Lama Pdf bookClick the download button below to get it for free

Report broken link

Excerpts from the Book – Text format

Di darat mereka mengadakan “karapan sapi”, di laut me- reka berselaju perahu. Beberapa bagian dari pulaunya tidak dapat ditanami, karena tandusnya; namun anak Madura tidak pernah merasa dirinya miskin. “Kekayaan oda di laut!” Guntingan bajunya dan pakaiannya menunjukkan kebebas- an langkah tindak. Kaki celana besar dan tidak terlalu dalam, sehingga mudah mengangkat kaki menyepak halangan; lengan bajunya tidak boleh terlalu tebal dan destar menghiasi kepala yang membawa kemanisan sendiri ! Jiwa mereka lebih berdekatan dengan jiwa orang Bugis, yang sama suka berlayar. Maka tidaklah heran, jika sekiranya setelah pamor Kerajaan Gowa jatuh, salah seorang bangsawan Gowa (Makassar) Karaeng Galesong mengembara dengan pe- rahu serta anak buahnya, sampai ke Madura. Meskipun bahasa Madura dan bahasa Bugis jauh perbedaannya, namun bahasa Melayu sebagai bahasa penghubung pada zaman itu, telah menghubungkan juga di antara penduduk pulau-pulau Indone- sia. Tidaklah heran, jika semangat mengadu untung dengan ge- lombang lautan betapapun besarnya, yang ada pada orang Ma- dura, yang ada pada orang Bugis, dapat berpadu jadi satu. Ka- rena lima kali sehari mereka disuruh bersatu dalam sembah- yang berj amaah ! Tidaklah heran jika kemudiannya darah turunan Pangeran Langgar yang bernama Trunojoyo, memadukan tenaga me- negakkan cita. Tidaklah heran jika Trunojoyo mengambil Karaeng Galesong menjadi menantunya. Maka sisa yang kelihatan sekarang ini, keteguhan penga- ruh Islam di Madura, meskipun tidak kita lupakan beberapa hal yang masih “kolot”, jika dilihat dengan kacamata sekarang, bu- kanlah semata-mata tumbuh pada masa ini, tetapi adalah dia, pusaka lama turun temurun, sejak zaman Demak! Sejak keliha- tan berkelap kelipnya أ¥pi di hadapan mesjid Giri pantai Gresik, pada malam likuran bulan puasa! Anak Madura melihat api di- puncak Tursina. Merekapun datang kesana! Kedapatanlah bah- wa api hanyalah unggun biasa, bara tempurung dibakar tengah malam! Dan setelah mereka masuk ke dalam mesjid, bertemu- lah mereka “api sejati”, sinar Tauhid yang tetap menyala. Api 19

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *