pada diri Nabi Muhammad Saw dalam beliau terhadar seorang buta yang bemama mnu Ummi Maktum. pada mulanya t*liau memandang posisi atau kedudukan Oran: yang hendak IE1iau hadapi adalah orang yang terkemuka masyarakat, orang-orang yang terpandang datam masyarakat Qu raisy, orang—orang itulah yang Wiau hadapi dengan sungguh-sung guh.
Dan ketika beliau menghadapi, metakukan da’wah kepada muka-pemuka Quraisy itu, di sana ada duduk seorang buta yam dari pagi menanti, menu1W1 hendak meminta pelAjaran kepad Rasuiullah tentang hakikat Islam. Tetأ¥pi pemuka-pemuka Qurais: itu datang, dan merekalah yang beliau hadapi dengan sungguh suncuh, hendak melakukan da’wah. Terhadap kedatangan lbm Ummi Maktum, seakan-akan beiiau bermuka masam Saja dan bel sikap acuh tak acuh.
Kemudian pertemuan dengan pemuka-pemu• ka Quraisy itu selesai, namun mereka belum menyatakan kesedia an memeluk Islam. Di Saat itulah datang teguran Al!ah kepada Rasulullah Saw â€Dia bermuka muum dan berpaling Sala, ketika datang kepadz nya seorang yang buta. Tidaaah tahu. moga-moga dia it (si buta) dapat mensucikan dirinya. atau dia pun ingat talu me” beri manfaar kepadanya keingatannya itu. Adapun terhudap oran yang memsa dirinyأ¼ cukup, engknu hadapi dia baik-baik.
Padaht tidaklah mengapa alas engkau jika orang itu tidak inensuciknn d ri Dan adapun orang yang datang kepada engkau dengan segerz dan dia memsa takut kepada Allah. namun engkau melenga Sala. ‘ (Surat Abasa, dari ayat I sampai ayat 10 Peringatan Allah yang ini sangat mendalam bekasny bagi Nabi Saw. Dan memang kemudian ternyata bahwa oranl orang yang dihadapi Nabi dengan sungguh-sungguh tadi tidak ad